Beramal Sholeh Atas Dasar Lillah


- suatu kajian untuk murid Thoriqot Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya -



KEMULIAAN DUNIA YANG DIDAPAT DENGAN TIDAK ATAS DASAR LILLAH ADALAH SUATU BENTUK DARI MURKA ALLAH



Apapun amal sholeh yang dilaksanakan menurut tuntunan syari'at Islam, harus atas dasar "Lillah", artinya atas dasar karena Allah Ta'ala, karena Alloh Ta'ala telah berfirman:



ومآ أمروا الا ليعبدوا الله
مخلصين له الدين

“Mereka tidak diperintah
kecuali supaya agar
menyembah Alloh dengan
memurnikan keta’atan (lillah)
kepada-Nya dalam
menjalankan agama”
(QS Al-Bayyinah 5)



Dari ayat di atas dapat berma'na bahwa segala amal yang tidak didasari "lillah" - apapun bentuk
ibadahnya - adalah tidak diterima oleh Allah swt, dan malah mendapatkan murkaNya.

Seseorang yang melakukan amal sholeh dengan bentuk-bentuk peribadatan yang biasa dilakukan dalam agama, seperti sholat-sholat sunnat, puasa, shodaqoh, dzikir dan wirid serta yang lainnya atas dasar
keinginan untuk mendapatkan kemuliaan dunia tanpa didasari dengan "lillah", maka dia akan mendapatkan apa yang diinginkannya - tentunya dengan seizin Allah - di dunianya, tetapi dia tidak akan mendapatkan apa-apa di akhiratnya, karena kemuliaan dunia yang didapatkannya itu diambil dari perbendaharaan akhirat yang diperuntukan oleh Allah untuk dirinya, yang jikalau terus-menerus diambil olehnya maka dia tidak punya apa-apa lagi di akhiratnya, dan lebih daripada itu malah kemuliaan dunia tersebut adalah merupakan suatu bentuk dari murka Allah itu sendiri, yang tentunya kemuliaan tersebut tidak akan bermanfa'at bagi dirinya kelak, artinya kenikmatan dari kemuliaan dunia yang diperolehnya itu hanya bersifat sementara dan hanya sebentar waktunya.

Itulah konsekwensi bagi orang yang melakukan sesuatu tidak atas dasar yang telah diperintahkan kepadanya, yaitu kemurkaan dan hukuman.

Oleh karena itulah
Rosul saw bersabda:



انما الاعمال بالنيات
وانما لكل امرئ ما نوى

“Sesungguhnya semua
amal itu tergantung
dengan niat, dan
seseorang mendapat
balasan sesuai dengan
niatnya”.
(Mutafaq Alaih).



Di dalam syari'at Islam, niat adalah “Qhosdun”, yang artinya "memaksudkan", yaitu
memaksudkan sesuatu
bersamaan dengan
melakukan sesuatu itu.

Adapun niat tempatnya adalah di dalam hati, dan hati bukanlah untuk makhluk, melainkan untuk Allah (di dalam bahasa arab diartikan lillah), maka segala sesuatu yang menyelisihi Allah akan mendapatkan murkaNya.

Rosul SAW bersabda:



اخلصوا اعمالكم لله فان
الله لا يقبل الا ما
خلص له
( رواه الطبرانى عن
الضحاك بن قيس )

“Ikhlaskan amalmu hanya
kerena Alloh (Lillah),
sebab Alloh tidak akan
menerima amal kecuali
amal yang ikhlas kepadaNya”.
(HR.Thobroni)



Menurut Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin r.a, ikhlas adalah ingatnya hati kepada Allah dengan menyebut Asma Allah di dalam hatinya.

Menurut Syekh Zaini
Dahlan, ikhlas itu adalah
apabila ada kesamaan
antara lahir dan batin
seseorang dalam
menjalankan amal, artinya
secara lahir ia
menjalankan amal
perintah Alloh, dan
hatinya niat karena Alloh.
Maka ia tidak akan
berubah karena keadaan, baik ada orang maupun
tidak.

Dari dua pendapat tersebut bisa diartikan bahwa amal atas dasar lillah adalah segala perbuatan syari'at yang dilakukan dengan dibarengi menyebut Asma Allah di dalam hati.


Selanjutnya →